TEORI-TEORI AWAL MULA KEHIDUPAN DI
DUNIA
Teori Kehidupan Di dunia. Banyak terdapat teori maupun
paham-paham yang dikemukakan oleh para ilmuan mengenai teori awal mula
kehidupan di dunia. Namun semuanya belum dapat memberikan jawaban yang
pasti. Sebenarnya sudah sejak zaman Yunani Kuno manusia berusaha memberikan
jawaban terhadap awal mula kehidupan di muka bumi ini. Namun, jawaban itu
umumnya hanya berupa dongeng atau mitos belaka. Berikut ini dikemukakan
beberapa teori-teori awal mula makhluk hidup di dunia, sebagai bahan kajian
kita untuk mengenal lebih jauh sejarah awal mula kehidupan di dunia.
TEORI
ABIOGENESIS
Tokoh teori Abiogenesis adalah
Aristoteles (384-322 SM). Dia adalah seorang filosof dan tokoh ilmu pengetahuan
Yunani Kuno. Teori Abiogenesis ini menyatakan bahwa makhluk hidup yang pertama
kali menghuni bumi ini berasal dari benda mati. Sebenarnya Aristoteles
mengetahui bahwa telur-telur ikan apabila menetas akan menjadi ikan yang
sifatnya sama seperti induknya. Telur-telur tersebut merupakan hasil perkawinan
dari induk-induk ikan. Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan
yang berasal dari lumpur.
Bagaimana
cara terbentuknya makhluk tersebut? Menurut penganut paham abiogenesis, makhluk
hidup tersebut terjadi begitu saja atau secara spontan. Oleh sebab itu, paham
atau teori abiogenesis ini disebut juga paham generation spontaneae.
Jadi, kalau pengertian abiogenesis dan generation
spontanea kita gabungkan, mak pendapat paham tersebut adalah makhluk hidup yang
pertama kali di bumi tersebut dari benda mati / tak hidup yang terjadinya
secara pontan, misalnya :
a. ikan dan katak berasal dari Lumpur.
b.Cacing berasal dari tanah, dan
c. Belatung berasal dari daging yang membusuk.
b.Cacing berasal dari tanah, dan
c. Belatung berasal dari daging yang membusuk.
Paham
abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani Kuno (Ratusan
Tahun Sebelum Masehi) hingga pertengahan abad ke-17.Pada pertengahanabad
ke-17,AntonieVan Leeuwenhoek menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan
untuk mengamati benda-benda aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air
rendaman jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis, hasil pengamatan
Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah memperkuat pendapat mereka
TEORI BIOGENESIS
Walaupun telah bertahan selama ratusan tahun, tidak
semua orang membenarkan paham abiogenesis. Orang -orang yang ragu terhadap
kebenaran paham abiogenesis tersebut terus mengadakan penelitian memecahkan
masalah tentang awal mula kehidupan. Orang-orang yang tidak puas terhadap
pandangan Abiogenesis itu antara lain Francesco Redi (Italia, 1626-1799), dan
Lazzaro Spallanzani ( Italia, 1729-1799), dan Louis Pasteur (Prancis,
1822-1895). Beredasarkan hasil penelitian dari tokoh-tokoh ini, akhirnya paham
Abiogenesis / generation spontanea menjadi pudar karena paham tersebut tidak
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
a) Percobaan Francesco Redi
(1626-1697)
Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi mengadakan percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga toples. Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai berikut:
Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi mengadakan percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat daging dan tiga toples. Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai berikut:
• Stoples I : diisi dengan sekerat daging, ditutup
rapat-rapat.
• Stoples II : diisi dengan sekerat daging, dan dibiarkan tetap terbuka.
• Stoples III : disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka.
• Stoples II : diisi dengan sekerat daging, dan dibiarkan tetap terbuka.
• Stoples III : disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka.
Selanjutnya ketiga stoples tersebut diletakkan pada
tempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan daging dalam ketiga stoples
tersebut diamati. Dan hasilnya sebagai berikut:
• Stoples I : daging tidak busuk dan pada daging ini tidak ditemukan jentik / larva atau belatung lalat.
• Stoples II : daging tampak membusuk dan didalamnya ditemukan banyak larva atau belatung lalat.
• Stoples I : daging tidak busuk dan pada daging ini tidak ditemukan jentik / larva atau belatung lalat.
• Stoples II : daging tampak membusuk dan didalamnya ditemukan banyak larva atau belatung lalat.
Berdasarkan
hasil percobaan tersebut, Francesco redi menyimpulkan bahwa larva atau belatung
yang terdapat dalam daging busuk di stoples II dan III bukan terbentuk dari
daging yang membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yang ditinggal pada
daging ini ketika lalat tersebut hinggap disitu. Hal ini akan lebih jelas lagi,
apabila melihat keadaan pada stoples II, yang tertutup kain kasa. Pada kain
kasa penutupnya ditemukan lebih banyak belatung, tetapi pada dagingnya yang
membusuk belatung relative sedikit.
b) Percobaan Lazzaro Spallanzani (
1729-1799)
Seperti
halnya Francesco Redi, Spallanzani juga menyangsikan kebenaran paham abiogeensis.
Oleh karena itu, dia mengadakan percobaan yang pada prinsipnya sama dengan
percobaan Francesco Redi, tetapi langkah percobaan Spallanzani lebih sempurna.
Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan
air kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu. Adapun percoban yang yang
dilakukan Spallanzani selengkapnya adalah sebagai berikut:
Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15°C selama beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka.
Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada daerah
Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15°C selama beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka.
Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus. Pada daerah
pertemuan
antara gabus dengan mulut labu diolesi paraffin cair agar rapat benar.
Selanjutnya, labu dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II didinginkan. Setelah
dingin keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan
dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan pengamatan terhadap
keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil percobaannya adalah sebagai
berikut:
• Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi bertambah keruh dan baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti ternyata air kaldu pada labu I ini banyak mengandung mikroba.
• Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya tetap jernih seperti semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).
Berdasarkan
hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa mikroba yang
ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda mati), tetapi
berasal dari kehidupan diudara. Jadi, adanya pembusukan karena telah terjadi
kontaminasi mikroba darimudara ke dalam air kaldu tersebut.
Pendukung
paham Abiogenesis menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen Lazzaro
Spallanzani tersebut. Menurut mereka untuk terbentuknya mikroba (makhluk hidup)
dalam air kaldu diperlukan udara. Dengan pengaruh udara tersebut terjadilah
generation spontanea.
c) Percobaan Louis Pasteur
(1822-1895)
Dalam
menjawab keraguannya terhadap paham abiogenesis. Pasteur melaksanakan percobaan
untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro Spallanzani. Dalam percobaanya, Pasteur
menggunakan bahan air kaldu dengan alat labu. Langkah-langkah percobaan Pasteur
selengkapnya adalah sebagai berikut:
Langkah I : labu disi 70 cc air kaldu,
kemudian ditutup rapat-rapat dengan gabus. Celah antara gabus dengan mulut labu
diolesi dengan paraffin cair.
Setelah itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau disterilkan.
Setelah itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau disterilkan.
Langkah II : selanjutnya labu didinginkan dan
diletakkan ditempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan air kaldu
diamati. Ternyata air kaldu tersebut tetep jernih dan tidak mengandung
mikroorganisme.
Langkah III
: labu yang air kaldu didalamnya tetap jernih dimiringkan sampai air kaldu
didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga bersentuhan dengan udara. Setelah
itu labu diletakkan kembali pada tempat yang aman selama beberapa hari.
Kemudian keadaan air kaldu diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu
meanjadi busuk dan banyak mengandung mikroorganisme.
Melaui
pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh mikroorganisme yang terdapat
dalam air kaldu akan mati. Disamping itu, akibat lain dari pemanasan adalah
terbentuknya uap air pada pipa kaca berbentuk leher angsa. Apabila perangkat
percobaan tersebut didinginkan, maka air pada pipa akan mengembun dan menutup
lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk leher. Hal ini akan menyebabkan
terhambatnya mikroorganisme yang bergentayangan diudara untuk masuk kedalam
labu. Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air kaldu pada labu tadi.
Pada saat
sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan ruangan dalam
labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada saat pemanasan air
kaldu.
Setelah labu
dimiringkan hingga air kaldu sampai kepern\mukan pipa, air kaldu itu akan
bersentuhan dengan udara bebas. Disini terjadilah kontaminasi mikroorganisme.
Ketika labu dikembalikan keposisi semula (tegak), mikroorganisme tadi ikut
terbawa masuk. Sehingga, setelah labu dibiarkan beberapa beberapa waktu air
kaldu menjadi akeruh, karena adanya pembusukan oleh mikrooranisme tersebut.
Dengan demikian terbuktilah ketidak benaran paham Abiogenesis atau generation
spontanea, yangmenyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari benda mati yang
terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan
Pasteur tersebut, maka tumbanglah paham Abiogenesis, dan munculah paham/teori
baru tentang awal mulamakhluk hidup yang dikenal dengan teori Biogenesis. Teori
itu menyatakan:
a. Omne vivum
ex ovo = setiap makkhluk hidup berasal dari telur.
b. Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
c. Omne vivum ex vivo – setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
b. Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
c. Omne vivum ex vivo – setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
Walaupun
Louis Pasteur dengan percobaannya telah berhasil menumbangkan paham Abiogenesis
atau generation spontanea dan sekaligus mengukuhkan paham Biogenesis, belum
berarti bahwa masalah bagaimana terbentuknya makhluk hidup yang pertama kali
terjawab.
Disamping teori Abiogenesis dan Biogenesis, masih ada
lagi beberapa teori tentang awal mulakehidupan yang dikembangkan pleh beberapa
Ilmuwan, diantaranya adalah sebagai berikut
a. Teori kreasi khas, yang menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (Ghaib) pada saat yang istimewa.
b. Teori Kosmozoan, yang menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet ini berasal dari mana saja.
c. Teori Evolusi Kimia, yang menyatakan bahwa kehidupan didunia ini muncul berdasarkan hukum Fisika Kimia.
d. Teori Keadaan Mantap, menyatakan bahwa kehidupan tidak berasal usul.
a. Teori kreasi khas, yang menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat supranatural (Ghaib) pada saat yang istimewa.
b. Teori Kosmozoan, yang menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet ini berasal dari mana saja.
c. Teori Evolusi Kimia, yang menyatakan bahwa kehidupan didunia ini muncul berdasarkan hukum Fisika Kimia.
d. Teori Keadaan Mantap, menyatakan bahwa kehidupan tidak berasal usul.
TEORI
EVOLUSI KIMIA
Ketidakpuasan
para Ilmuwan terhadap apa yang dikemukakan para tokoh teori Abiogenesis maupun
Biogenesis mendorong para Ilmuwan lain untuk terus mengadakan penelitian
tentang awal mulakehidupan. Antara pakar-pakar tersebut antara lain : Harold
Urey, Stanley Miller, dan A.I.Oparin. mereka berpendapat bahwa organisme
terbentuk pertama kali di bumi ini berupa makhluk bersel satu. Selanjutnya
makhluk tersebut mengalami evolusi menjadi berbagai jenis makhluk hidup seperti
Protozoa, Porifera, Coelenterata, Mollusca, dan lain-lain.
Para pakar
biologi, astronomi, dan geologi sepakat, bahwa planet bumi ini terbentuk
kira-kira antara 4,5-5 miliar tahun yang lalu. Keadaan pada saat awal
terbentuknya sangat berbeda dengan keadaan pada saat ini. Pada saat itu suhu
planet bumi diperkirakan 4.000-8.000°C. pada saat mulai mendingin, senyawa
karbon beserta abeberapa unsur logam mengembun membentuk inti bumi, sedangkan
permukaannya tetap gersang, tandus, dan tidak datar. Karena adanya kegiatan
vulkanik, permukaan bumi yang masih lunak tersebut bergerak dan berkerut terus
menerus. Ketika mendingin, kulit bumi tampak melipat-lipat dan pecah.
Pada saat
itu, kondisi atmosfer bumi juga berbeda denagn kondisi saat ini. Gas-gas ringan
seperti Hidrogen (H2), Nitrogen (N2), Oksigen (02), Helium (He), dan Argon (Ar)
lepas meninggalkan bumi akrena gaya gravitasi bumi tidak mampu manahannya. Dia
atmosfer juga terbentuk senaywa-senyawa sederhana yang mengandung unsure-unsur
tersebut, seperti uap air (H20), Amonia (NH3), Metan (CH4), dan Karbondioksida
(C02). Senyawa sederhana tersebut tetap berbentuk uap dan tertahan dilapisan
atas atmosfer. Ketuika suhu atmosfer turun sekitar 100°C terjadilah hujan air
mendidih. Peristiwa ini berlangsung selama ribuan tahun. Dalam keadaan semacam
ini pasti bumi saat itu belum dihuni kehidupan. Namun, kondisi semacam itu
memungkinkan berlangsungnya reaksi kimia, karena teredianya zat (materi) dan
energi yang berlimpah.
Timbul pertanyaan, bagaimana proses terjadinya kehidupan dibumi ini ? Pwertanyaan inilah yang mendorong beberapa Ilmuwan untuk mengemukakan pendapat serta melakukan experiment. Di antara Ilmuwan tersebut antara lain Harold Urey dan Stanley Miller.
Teori
Evolusi Kimia Menurut Harold Urey (1893)
Harold Urey
adalah ahli Kimia berkebangsaan Amerika Serikat. Dia menyatakan bahwa pada
suatu saat atmosfer bumi kaya akan molekul zat seperti Metana (CH4), Uap air
(H20), Amonia(NH2), dan karbon dioksida (C02) yang semuanya berbentuk uap.
Karena adanya pengaruh energi radiasi sinar kiosmis serta aliran listrik halilintar
terjadilah reaksi diantara zat-zat tersebut menghasilkan zat-zat hidup. Teori
evolusi Kimia dari Urey tersebut biasa dikenal dengan teori Urey.
Menurut
Urey, zat hidup yang pertama kali terbentuk mempunyai susunan menyerupai virus
saat ini. Zat hidup tersebut selama berjuta-juta tahun mengalami perkembangan
menjadi berbagai jenis makhluk hidup. Menurut Urey, terbentuknya makhluk hidup
dari berbagai molekul zat di atmosfer tersebut didukung kondisi sebagai
berikut:
a) kondisi 1 : tersedianya molekul-molekul Metana,
Amonia, Uap air, dan hydrogen yang sangat banyak di atmosfer bumi
b) kondisi 2 : adanya bantuan energi yang timbul dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar kosmis yang menyebabkan zat-zat tersebut bereaksi membentuk molekul zat yang lebih besar,
c) kondisi 3 : terbentuknya zat hidup yang paling secerhana yang susunan kimianay dapat disamakan dengan susunan kimia virus, dan
d) kondisi 4 : dalam jangka waktu yang lama (berjuta-juta tahun), zat idup yang terbentuk tadi berkembang menjadi seejnis organisme (makhluk hidup yang lebih kompleks).
b) kondisi 2 : adanya bantuan energi yang timbul dari aliran listrik halilintar dan radiasi sinar kosmis yang menyebabkan zat-zat tersebut bereaksi membentuk molekul zat yang lebih besar,
c) kondisi 3 : terbentuknya zat hidup yang paling secerhana yang susunan kimianay dapat disamakan dengan susunan kimia virus, dan
d) kondisi 4 : dalam jangka waktu yang lama (berjuta-juta tahun), zat idup yang terbentuk tadi berkembang menjadi seejnis organisme (makhluk hidup yang lebih kompleks).
b) Eksperimen Stanley Miller
Miller adalah murid Harold Urey yang juga tertarik terhadap masalah awal mulakehidupan. Didasarkan informasi tentang keadaan planet bumi saat awal terbentuknya, yakni tentang keadaan suhu, gas-gas yang terdapat pada atmosfer waktu itu, dia mendesain model alat laboratorium sederhana yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis Harold Urey.
Miller adalah murid Harold Urey yang juga tertarik terhadap masalah awal mulakehidupan. Didasarkan informasi tentang keadaan planet bumi saat awal terbentuknya, yakni tentang keadaan suhu, gas-gas yang terdapat pada atmosfer waktu itu, dia mendesain model alat laboratorium sederhana yang dapat digunakan untuk membuktikan hipotesis Harold Urey.
Kedalam alat
yang diciptakannya, Miller memasukan gas Hidrogen, Metana, Amonia, dan Air.
Alat, tersebut juaga dipanasi selama seminggu, sehingga gas-gas tersebut dapat
bercampur didalamnya. Sebagai pengganti energi aliran listrik halilintar,
Miller mengaliri perangkat alat tersebut dengan loncatan listrik bertegangan
tinggi. Adanya aliran listrik bertegangan tinggi tersebut menyebabkan gas-gas
dalam alat Miller bereaksi membentuk suatu zat baru. Kedalam perangkat juga
dilakukan pendingin, sehingga gas-gas hasil reaksi dapat mengembun.
Pada akhir
minggu, hasil pemeriksaan terhadap air yang tertampung dalam perangkap embun
dianalisis secar kosmografi. Ternyata air tersebut mengandung senyawa organic
sederhana, seperti asam amino, adenine, dan gula sederhana seperti ribose.
Eksperimen Miller ini dicoba beberapa pakar lain, ternyata hasilnya sama. Bial
dalam perangkat eksperimen tersebut dimasukkan senyawa fosfat, ternyata zat-zat
yang dihasilkan mengandung ATP, yakni suatu senyawa yang berkaitan dengan
transfer energi dalam kehidupan. Lembaga cpenelitian lain, dalam penelitiannya
menghasilkan senyawa-senyawa nukleotida.
Nukleotida
adalah suatu senyawa penyusun utama ADN (Asam Deoksiribose Nukleat) dan ARN
(Asam Ribose Nukleat), yaitu senaywa khas dalam inti sel yang mengendalikan
aktivitas sel dan pewarisan sifat.
Eksperimen
Miller dapat memberiakn petunjuk bahwa satuan- satuan kompleks didalam sistem
kehidupan seperti Lipida, Karbohidrat, Asam Amino, Protein, Mukleotida dan
lain-lainnya dapat terbentuk dalam kondisi abiotik. Teori yang terus berulang
kali diuji ini diterima para ilmuwan secara luas. Namun, hingga kini masalah
utama tentang asal-usul kehidupan tetap merupakan rahasia alam yang belum
terjawab. Hasil yang mereka buktikan barulah mengetahui terbentuknya senyawa
organik secara bertahap, yakni dimulai dari bereaksinya gas-gas diatmosfer
purba dengan energi listrik halilintar. Selanjutnay semua senyawa tersebut
bereaksi membentuk senyawa yang lebih kompleks dan terkurung dilautan. Akhirnay
membentuk senyawa yang merupakan komponen sel.
TEOI EVOLUSI BIOLOGI
Alexander Oparin adalah Ilmuwan Rusia. Didalam bukunya yang berjudul The Origin of Life (Awal mula Kehidupan). Oparin menyatakan bahwa paad suatu ketika atmosfer bumi kaya akan senyawa uap air, C02, CH4, NH3, dan Hidrogen. Karena adanya energi radiasi benda-benda angkasa yang amat kaut, seperti sinar Ultraviolet, memungkinkan senyawa-senyawa sederhana tersebut membentuk senyawa organik atau senyawa hidrokarbon yang lebih kompleks. Proses reaksi tersebut berlangsung dilautan.
Alexander Oparin adalah Ilmuwan Rusia. Didalam bukunya yang berjudul The Origin of Life (Awal mula Kehidupan). Oparin menyatakan bahwa paad suatu ketika atmosfer bumi kaya akan senyawa uap air, C02, CH4, NH3, dan Hidrogen. Karena adanya energi radiasi benda-benda angkasa yang amat kaut, seperti sinar Ultraviolet, memungkinkan senyawa-senyawa sederhana tersebut membentuk senyawa organik atau senyawa hidrokarbon yang lebih kompleks. Proses reaksi tersebut berlangsung dilautan.
Senyawa
kompleks yang mula-mula terbentuk diperkirakan senyawa aseperti Alkohol
(H2H5OH), dan senyawa asam amino yang paling sederhana. Selama berjuta-juta
tahun, senyawa, sederhana .tersebut bereaksi membenrtk senyawa yang lebih
kompleks, Gliserin, Asam organik, Purin dan Pirimidin. Senyawa kompleks
tersebut merupakan bahan pembentuk sel.
Menurut
Oparin senyawa kompleks tersebut sangat berlimpah dilautan maupun di permukaan
daratan. Adanya energi yang berlimpah, misalnya sinar Ultraviolet, dalam jangka
waktu yang amat panjang memungkinkan lautan menjadi timbunan senyawa organik
yang merupakan sop purba atau Sop Primordial.
Senyawa kompleks yang tertimbun membentuk sop purba di
lautan tersebut selanjutnya berkembang sehingga memiliki kemampuan dan sifat
sebagai berikut:
• memiliki sejenis membran yang mampu memisahkan
ikatan-ikatan kompleks yang terbentuk dengan molekul-molekul organik yang
terdapat disekelilingnya;
• memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengeluarkan molekil-molekul dari dan ke sekelilingnya;
• memiliki kemampuan untuk memanfaatkan molekul-molekul yang diserap sesuai denagn pola-pola ikatan didalamnya;
• mempunyai kemampuan untuk memisahkan bagian-bagian dari ikatan-ikatannya. Kemampuan semacam ini oleh para ahli dianggap sebagai kemampuan untuk berkembang biak yang pertama kali.
• memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengeluarkan molekil-molekul dari dan ke sekelilingnya;
• memiliki kemampuan untuk memanfaatkan molekul-molekul yang diserap sesuai denagn pola-pola ikatan didalamnya;
• mempunyai kemampuan untuk memisahkan bagian-bagian dari ikatan-ikatannya. Kemampuan semacam ini oleh para ahli dianggap sebagai kemampuan untuk berkembang biak yang pertama kali.
Senyawa
kompleks dengan sifat-sifat tersebut diduga sebagai kehidupan yang pertamakali
terbentuk. Jadi senyawa kompleks yang merupakan perkembangan dari sop purba
tersebut telah memiliki sifat-sifat hidup seperti nutrisi, ekskresi, mampu
mengadan metabolisme, dan mempunayi kemampuan memperbanyak diri atau
reproduksi.
Walaupun
dengan adanya senyawa-senyawa sederhana serta energi yang berlimpah sehingga
dilautan berlimpah senyawa organik yang lebih kompleks, namun Oparin mengalami
kesulitan untuk menjelaskan mengenai mekanisme transformasi dari
molekul-molekul protein sebagai abenda tak hidup kebenda hidup. Bagaimana
senyawa-senyawa organik sop purba tersebut dapat memiliki kemampuan seperti
tersebut diatas ? Oparin menjelaskan sebagai berikut:
Protein
sebagai senyawa yang bersifat Zwittwer Ion, dapat membentuk kompleks koloid
hidrofil (menyerap air), sehingga molekul protein tersebut dibungkus oleh
molekul air. Gumpalan senyawa kompleks tersebut dapat lepas dari cairan dimana
dia berada dan membentuk emulsi. Penggabunagn struktur emulsi ini akan
menghasilkan koloid yang terpiah dari fase cair dan membentuk timbuna gumpalan
atau Koaservat.
Timbunan
Koaservat yang kaya berbagai kompleks organik tersebut memungkinkan terjadinya
pertukaran substansi dengan lingkungannya. Di samping itu secara selektif
gumpalan Koaservat tersebut memusatkan senyawa-senyawa lain kedalamnya terutama
Kristaloid. Komposisi gumpalan koloid tersebut bergantung kepada komposisi
mediumnay. Denagndemikian, perbedaan komposisi medium akan menyebabkan
timbulnya variasi pada komposisi sop purba. Variasi komposisi sop purba
diberbagai areal akan mengarah kepada terbentuknya komposisi kimia Koaservat
yang merupakan penyedia bahan mentah untuk proses biokimia.
Tahap
selanjutnya substansi didalam Koaservat membentuk enzim. Di sekeliling
perbatasan antara Koaservat dengan lingkungannya terjadi penjajaran
molekul-molekul Lipida dan protein sehingga terbentuklah selaput sel primitif.
Terbentuknya selaput sel primitif ini memungkinkan memberikan-stabilitas pada
koaservat. Dengan demikian, kerjasama antara molekul-molekul yang telah ada
sebelumnya yang dapat mereplikasi diri kedalam koaservat dan penagturan kembali
Koaservat yang terbungkus lipida amat mungkin akan mnghasilkan sel primitif.
Kemampuan
koaservat untuk menyerap zat-zat dari medium memungkinkan bertambah besarnya
ukuran koaservat. Kemungkinan selanjutnya memungkinkan terbentuknya organisme
Heterotropik yang mampu mereplikasi diri dan mendapatkan bahan makanan dari sop
Primordial yang kaya akan zat-zat organik.
Teori
evolusi biologi ini banyak diterima oleh para Ilmuwan. Namun, tidak sedikit
Ilmuwan yang membantah tentang interaksi molekul secara acak yang dapat menjadi
awal terbentuknya organisme hidup.
Teori
evolusi kimia dan teori evolusi biologi banyak pendukungnya, namun baru teori
evolusi kimia yang telah dibuktikan secara eksperimental, sedangkan teori
evolusi biologi belum ada yang menguji secara eksperimental.
Seandainya
apa yang dikemukakan dua teori tersebut benar, tetapi belum mampu menjelaskan
bagaimana dan dari mana kehidupan diplanet bumi ini pertama kali muncul. Yang
perlu diingat adalah bahwa kehidupan adalah tidak hanya menyangkut masalah
replikas; (penggandaan diri) atau masalah kehidupan biologis saja, tetapi juga
menyangkut masalah kehidupan rohani. Tentang teori awal mula kehidupan
yang menyatakan organisme pertama kali terbentuk dilautan bisa dipahami dari
sudut biologi, karena molekul-molekul organik yang merupakan sop purba itu
tertumpuk dilaut.
0 komentar:
Posting Komentar