Labels

Cinta (74) Pendidikan (27) Broken Heart (21) Konseling (15) Teknologi (15) Sosial (13) Sports (12) Cerita (9) Seni (7) Kesehatan (5) Militer (5) Otomotif (5) Semesta Alam (4) Islam (3) Sejarah (3) JASA (1) Makalah Ekonomi (1)

Rabu, 03 Oktober 2012

WORD-FORMATIONAL PROCESSES

-->


Compounding

Means, two words that have each meaning and then combined into one word that have a new meaning.

Example:

Bookcase = Book + Case
wallpaper = wall + paper
skyscraper = sky + scraper

Conversion

Means, the term used to describe a word class change without any morphological marking.

Example:
party (noun) -> party (verb)
We will be at the party
They like to party

must (verb) -> must (noun)
You must eat your soup
It is a must that you call him

Borrowing

It means that The word is imported from another language.
A few examples that illustrate the mixed vocabulary of English:

avalanche – from Romansch via French
bizarre – from Basque via French
candy – from Arabic and possibly Sanskrit via French
coffee – from Arabic via Turkish and Italian
ketchup – from Malay via Amoy Chinese
schadenfreude – from German

Kebahagiaan tergantung dari sudut pandang kita

-->


Alkisah ada seorang anak berumur belasan tahun bernama Clark, yang pada suatu malam akan menonton sirkus bersama ayahnya. Ketika tiba di loket, Clark dan Ayahnya mengantri di belakang serombongan keluarga besar yang terdiri dari Bapak, Ibu dan 8 orang anaknya. Keluarga tadi terlihat bahagia malam itu dapat menonton sirkus. Dari pembicaraan yang terdengar oleh Clark dan Ayahnya, Clark tahu bahwa Bapak ke-8 anak tadi telah bekerja ekstra untuk dapat mengajak anak-anaknya menonton sirkus malam itu.

Namun, ketika sampai di loket dan hendak membayar, wajah Bapak 8 anak tadi nampak pucat pasi. Ternyata uang 40 dollar yang telah dikumpulkannya dengan susah payah, tidak cukup untuk membayar tiket untuk 2 orang dewasa dan 8 anak yang total harganya 60 dollar. Pasangan suami istri itu pun saling berbisik, bagaimana harus mengatakan kepada anak-anak mereka bahwa malam itu mereka batal nonton sirkus karena uangnya kurang. Sementara anak-anaknya tampak begitu gembira dan sudah tidak sabar untuk segera masuk ke sirkus.

Tiba-tiba
Ayah Clark menyapa Bapak 8 anak tadi dan berkata, “Maaf Pak, uang ini tadi jatuh dari saku Bapak”, sambil menjulurkan lembaran 20 dollar dan mengedipkan sebelah matanya. Bapak 8 anak tadi takjub dengan apa yg dilakukan Ayah Clark. Dengan mata berkaca-kaca, ia menerima uang tadi dan mengucapkan terima kasih kepada Ayah Clark, dan menyatakan betapa 20 dollar tadi sangat berarti bagi keluarganya. Tiket seharga 60 dollar pun terbayar dan dengan riang gembira keluarga besar itupun pun segera masuk ke dalam sirkus.

Setelah rombongan tadi masuk, Clark dan Ayahnya segera bergegas pulang. Ya, mereka batal nonton sirkus, karena uang Ayah Clark sudah diberikan kepada Bapak 8 anak tadi. Malam itu, Clark merasa sangat bahagia. Ia tidak dapat menyaksikan sirkus, tapi telah menyaksikan dua orang Ayah hebat.

Cerita di atas mengingatkan saya akan kekuatan memberi. The Power of Giving. Lebih tepatnya lagi “Giving and Receiving”. Karena memberi dan menerima, adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Dari cerita diatas, ada dua kebahagiaan yang terjadi dalam aktifitas memberi. Yaitu kebahagiaan bagi yang menerima, dan sekaligus kebahagiaan yang diperoleh si pemberi. Bapak 8 anak yang “diselamatkan” oleh Ayahnya Clark, tentu pada saat itu akan merasa sangat bahagia. Tapi Ayah Clark sendiri juga merasakan kebahagiaan yang sangat luar-biasa.

Kekuatan memberi (dan menerima) ini demikian dahsyat karena merupakan esensi dari alam semesta itu sendiri. Tidak berlebihan apabila Deepak Chopra dalam 7 Spiritual Law of Success mencantumkan “Law of Giving” sebagai hukum kedua untuk sukses. Alam semesta berjalan menurut sirkulasi memberi dan menerima.

Duhai kekasihku, Aku mencintaimu..

Langit yang basah, tak kunjung reda hujan buih ombak
Sayup-sayup kudengar kerang bersahutan
Ikan dan burung melantunkan tangisnya
Pasir terseret angin menerpa wajah

Duhai kekasihku matahariku,
yang bersinar terang untuk lautan
yang bersinar terang untuk daratan
kapankah kau akan bersinar di langit?

Sebab tangan ini mulai kelu,
bibir ini sudah tak mampu,
dan kurasa hangat kian redup

Duhai kekasihku ombakku,
yang memecah percikan cinta
yang membasahi keringat jiwa
kapankah kau ‘kan menyambut nyawa?

Hanyutkanlah aku,
diriku dan merah darahku
tubuhku dan gelap pandangku
jiwaku dan sakit hatiku

Api yang membakar jiwa,
semakin membara semakin menggelora
kecupan hasrat yang selalu kudamba

Gelap sudah mata terbutakan
Ringan sudah jiwaku melayang
Menuju perahu bintang di balik awan

Duhai kekasih pujaanku,
janganlah sampai pisau yang sama menemukanmu
janganlah sampai dendam menguasai hatimu
Namun terimalah pengakuan sederhanaku

Duhai kekasihku,
Aku mencintaimu..

Setangkai pagi merekah

Setangkai pagi merekah
Sebingkai jendela melukiskan pemandangan sebuah taman
Sebaris embun berkilau warnai cerah mentari
Semua tergambar dalam senyumanmu

Engkau adalah lembaran kehidupanku
Dengan tetes tetes rindu yang menghapus setiap sunyi
Kata kata ini berbicara mengenai sebuah isyarat
Yang dirahasiakan bunga
Ketika pagi melepaskan diri dari pekat malam

Dan Kita........
Adalah sebuah belahan hati
Tak bisa kutulis sendiri tanpa kau maknai
Tak bisa kugambar sendiri tanpa kau warnai
Seperti huruf cinta yang berkilauan
Pada setiap bunga di setiap embun yang meresap dalam kalbuku

Cinta telah menngelapkan mataku

Aku di tasbih oleh keangkuhan pagi
Saat mentari menyeringai di pelatarannya
Keheningannya menampar galauku
Dari segala racau umpatan dari bibirku

Apakah ini sisa mimpiku semalam
Ataukah kenyataan yang harus ku telan

Kau memang kebangetan
Bukannya hati ini putih bersih
Saat kau bawa dan kau warnai
Kenapa kau gambar dengan lukisan burukmu

Cinta telah menngelapkan mataku
Cinta telah memilih yang keliru

Dan hati ini tlah kau rusak oleh warnamu
Hingga pagi ini ku sadar telah tetipu

Penuh intrik dan polusi

Kita terbiasa menimang luka
Setelah jerih menyambang di siang yang penat
Kita terbiasa bangun manakala mentari masih pulas
Dan pulang setelah bulan menggenggam senyuman
Tapi Kita tetap bersemangat dalam Syukur Alhamdulillah

Lihat mereka yang bangun siang
Lihat mereka bersirine meraung di jalanan
Lihatlah !! mereka menjual asusilanya
Menjual harga dirinya
Menindas kita yang kepayahan
Memakan jatah kita
Dan meminum keringat kita

Darah ini perih
Darah ini tak merah lagi
Karena diperah setiap hari
Dan jadi bancakan korupsi

Negeri ini penuh konspirasi
Penuh intrik dan polusi

Masihkah ia menyayangiku

Ya Allah..ternyata aku masih cemburu…
Ternyata aku masih merasakan sakit..
Ternyata aku masih merasakan kecewa..
Manakala dia tak memperhatikanku…

Ya Allah…diamnya membuat seribu tanya dalam hati ini… Masihkah dia mencintaiku..seperti aku mencintainya..
Masihkah ia menyayangiku seperti aku menyayanginya..

Ya Allah jangan pernah hilangkan cinta diantara kami..
Karana cinta ini tulus..
Cinta ini bening sebening embun pagi..
Cinta ini murni..
Bibir ini tak henti berucap aku amat menyayanginya…
Kuharap ia pun begitu..
Hati ini hanya teruntuk dirinya…
Walaupun mungkin ia meragukanya..
Kasih ini tak terbats…walaupun kadang kau mepertanyakanya
Hati ini tak akan berpaling ….walau kau tak mempercayainya..

Ya Allah ternyata aku masih cemburu…
Buatlah cemburu ini menjadi acuan ibadahku..
Buatlah kecemburuan ini menanbah keikhlasanku
Buatlah kecemburuan ini menjadi semangatku..
Dan..yang pasti..buatlah dia mengerti dan merasakan bahwa aku cemburu…

Sungguh khianatanmu sempurna

Biarlah waktu mencumbuku
Ku tlah lelah berlari
Mengejar, . .
Berkejaran
Mengejar bayangmu
Yang menghilang dr pandangku

Kan ku siapkan hati tak berbilik
Jika kau datang kelak
Dan ku hamparkan kerinduanku
Yang kau dekap dan kau bawa

Selamat malam kekasih
Bersemayamlah diujung mataku
Biar aku tak kehilanganmu lagi
 
Ada sebentuk hati
Tertinggal dalam sunyi
Seperti setitik kesan yang tlah bosan
Dari ujung khayal hingga lamunan

Ada air mata di mata sayunya
Goresan terlalu dalam di hatinya
Akan cinta yang melenggang
Dan tak menoleh lagi

Ada pilu bercadar dusta
Torehan senyumnya berbalut luka
Binar matanya bertajuk lara
Hingga hati berlumur prasangka tak berupa

Sungguh khianatanmu sempurna.......
 
 
KeluarJangan Lupa Klik Like Dan Follow ya!