Langit yang basah, tak kunjung reda hujan buih ombak
Sayup-sayup kudengar kerang bersahutan
Ikan dan burung melantunkan tangisnya
Pasir terseret angin menerpa wajah
Duhai kekasihku matahariku,
yang bersinar terang untuk lautan
yang bersinar terang untuk daratan
kapankah kau akan bersinar di langit?
Sebab tangan ini mulai kelu,
bibir ini sudah tak mampu,
dan kurasa hangat kian redup
Duhai kekasihku ombakku,
yang memecah percikan cinta
yang membasahi keringat jiwa
kapankah kau ‘kan menyambut nyawa?
Hanyutkanlah aku,
diriku dan merah darahku
tubuhku dan gelap pandangku
jiwaku dan sakit hatiku
Api yang membakar jiwa,
semakin membara semakin menggelora
kecupan hasrat yang selalu kudamba
Gelap sudah mata terbutakan
Ringan sudah jiwaku melayang
Menuju perahu bintang di balik awan
Duhai kekasih pujaanku,
janganlah sampai pisau yang sama menemukanmu
janganlah sampai dendam menguasai hatimu
Namun terimalah pengakuan sederhanaku
Duhai kekasihku,
Aku mencintaimu..
Sayup-sayup kudengar kerang bersahutan
Ikan dan burung melantunkan tangisnya
Pasir terseret angin menerpa wajah
Duhai kekasihku matahariku,
yang bersinar terang untuk lautan
yang bersinar terang untuk daratan
kapankah kau akan bersinar di langit?
Sebab tangan ini mulai kelu,
bibir ini sudah tak mampu,
dan kurasa hangat kian redup
Duhai kekasihku ombakku,
yang memecah percikan cinta
yang membasahi keringat jiwa
kapankah kau ‘kan menyambut nyawa?
Hanyutkanlah aku,
diriku dan merah darahku
tubuhku dan gelap pandangku
jiwaku dan sakit hatiku
Api yang membakar jiwa,
semakin membara semakin menggelora
kecupan hasrat yang selalu kudamba
Gelap sudah mata terbutakan
Ringan sudah jiwaku melayang
Menuju perahu bintang di balik awan
Duhai kekasih pujaanku,
janganlah sampai pisau yang sama menemukanmu
janganlah sampai dendam menguasai hatimu
Namun terimalah pengakuan sederhanaku
Duhai kekasihku,
Aku mencintaimu..
0 komentar:
Posting Komentar